DISASTER RECOVERY PLANNING
Kegiatan
bisnis modern seperti sekarang ini sangat diyakini bahwa sebagian besar pekerja
bisnis menggunakan teknologi informasi untuk mendukung aktifitas, daya jual dan
perkembangan perusahaan. Teknologi informasi mampu menyimpan seluruh proses
bisnis yang terjadi pada suatu perusahaan, untuk itu sudah selayaknya bila
teknologi tersebut harus diberikan tingkat keamanan data yang sangat tinggi
agar mampu membentengi data dari pencurian hak akses.
Namun
tak lepas dari itu teknologi informasi juga harus mengantisipasi keamanan dari
segi kehilangan data, karena sewaktu-waktu tanpa disadari terkadang suatu hal dapat
terjadi begitu saja seperti adanya bencana, human error atau terkena virus. Hal
tersebut bisa menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi perusahaan bila data
yang dimilikinya hilang begitu saja tanpa ada data salinan.
Sebagai seorang pekerja IT, saya melihat
bahwa penyusunan rencana pemulihan bencana atau Disaster
Recovery Planning (DRP) sangatlah penting, melihat tingkat keberadaan data
sangat dimutlakkan untuk ada dan akurat. Disaster recovery planning adalah
aktivitas manajemen untuk mendefinisikan kegiatan yang perlu dilakukan untuk pemulihan
bencana dan mengatur cara implementasinya. Disaster recovery planning juga
berarti kemampuan untuk melanjutkan pelayanan saat terjadi bencana atau major
outages dengan mereduksi kapabilitas serta kemampuan yang ada
(Schmidt,2006).
Disaster
atau
bencana, dalam konteks disaster recovery planning, dibagi menjadi dua
jenis yaitu(Schmidt,2006):
1.
Minor outage
Merupakan
bencana yang akibatnya tidak terlalu dirasakan oleh pengguna serta konsumen
secara signifikan. Bencana dalam jenis ini umumnya tidak berakibat gagalnya
sistem beroperasi secara keseluruhan.
2.
Major outage
Merupakan
bencana yang akibatnya fatal bagi sistem dan proses bisnis secara keseluruhan.
Jika bencana jenis ini terjadi, maka disaster recovery planning yang
sudah disusun harus sesegera mungkin diimplementasikan agar kegiatan bisnis
tetap berjalan sesuai rencana (business continuity planning).
Dalam
disaster recovery planning, saat sebuah disaster atau bencana terjadi,
maka akan terjadi empat fase yang harus diperhatikan, yaitu (Maiwald,2002):
1.
Respon
Merupakan
reaksi seketika yang akan terjadi saat bencana berlangsung. Para karyawan yang
telah ditugaskan dalam disaster recovery planning harus sesigap mungkin
menjalankan segala rencana yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk
mengendalikan situasi serta melakukan tindakan penyelamatan yang diperlukan.
2.
Kelanjutan
Merupakan
kelanjutan dari fase respon untuk mengembalikan kapabilitas sistem informasi
dengan memperhatikan prioritas serta kunci utama kelangsungan organisasi agar
sistem tetap dapat berjalan dengan segala kondisi yang terjadi.
3.
Pemulihan
Fase
pemulihan adalah masa mengembalikan keadaan dengan mengembangkan kelanjutan ke
aspek yang tidak lagi menjadi prioritas, di dalamnya termasuk aktifitas
relokasi, kendali aktifitas karyawan dan lain-lainnya.
4.
Restorasi
Fase
terakhir adalah usaha mengembalikan keadaan sebagaimana saat bencana belum
terjadi. Fase restorasi dapat juga dikatakan sebagai fase untuk melakukan
segala aktifitas dengan normal seakan bencana tidak pernah terjadi.
Schmidt,
Klaus. 2006. High Availability and Disaster Recovery. New York: Springer
Maiwald,
Eric et all. 2002. Security Planning and Disaster Recovery. California:
Mc Graw Hill